Furqon Aji Yudhistira's Life

Furqon Aji Yudhistira adalah anak pertama dari dua bersaudara (adikku bernama Aini Khrisna Aji Utami) dari pasangan Joko Puji Hartono dan Hendang Bintarawati. Aku dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada hari Minggu Pon, 15 September 1996. Ayahku berasal dari Wanareja dan ibuku berasal dari Semarang.

Sejak kecil, aku diasuh oleh orang yang aku sebut "Nenek". Waktu kecil, aku tinggal di kontrakan yang berada di wilayah Kampung Baru, Ciamis, Jawa Barat. Ketika kecil, ibuku sudah bekerja di wilayah Ciamis sebagai PNS di Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Ciamis (panjang sekali) yang disingkat UPTD Labkesda Ciamis (singkat sekali haha).

Saat itu, ayahku bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Karena jaraknya yang sangat jauh antara Banjarnegara dengan Ciamis (184 km melalui Purwokerto), ayahku mengajukan mutasi untuk pindah ke daerah Ciamis untuk menemani ibuku. Selain jauh, pertimbangannya adalah dana yang dikeluarkan untuk pulang pergi setiap akhir pekan sangat mahal (apalagi saat itu rumah kami masih mengontrak). Selain itu, ayahku tidak ingin kasih sayangnya sebagai seorang ayah terhalangi oleh jarak dan ingin aku menjadi anak hasil didikannya sendiri. Tetapi karena PNS tidak boleh berada dalam satu instansi yang sama (sama-sama di Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis), akhirnya ayahku dipindahkan ke daerah Tasikmalaya (20 km dari Ciamis).

Kata ayahku, sejak umur 3,5 tahun aku sudah bisa membaca majalah, dan ketika umur tersebut aku menangis ingin sekolah. Akhirnya ibuku membelikanku tas kecil dan beberapa peralatan menulis. Setelah dibelikan peralatan tersebut aku sibuk sendiri berlatih menulis dan tidak lagi menangis minta sekolah (latihan menulisnya termasuk corat-coret dinding looo... hahaha).

Selama aku tinggal di kontrakan, ayahku selalu berdoa agar kami diberi rezeki untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Dia masih ingat insiden ketika aku kecil. Waktu itu kontrakan kami bocor, dan aku masih bayi, Ayahku sibuk memasang ember dan memindahkan peralatan yang basah. Waktu itu aku sedang tidur di kasur, ibuku membantu ayahku untuk mengurusi atap yang bocor itu hingga akhirnya bocornya pun sampai hingga ke kasur tempat aku sedang tidur. Kasur tempat tidurku basah, dan aku pun digendong oleh ibuku, ayahku pun mengangkat kasur tersebut agar tidak semakin basah. Karena ayahku perlu bantuan, akhirnya aku pun diletakkan di lantai rumah oleh ibuku, dan ayahku menangis melihat keadaanku yang harus tidur di lantai rumah. (Kejadian aslinya saya kurang tahu pasti hehe, yang pasti adalah ayah saya memang benar-benar menangis ketika melihat saya diletakkan di lantai).

Ketika aku umur 4 tahun (saya lupa pastinya, sepertinya sekitar umur segitu), ayahku pun mulai membangun rumah, di daerah Babakan Pasirangin Kertasari (yang hingga kini menjadi rumah kami hingga aku SMA). Alhamdulillah, rumah itu jadi sebelum aku sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Subhanallah, Allah menjawab doa ayahku, dan jujur saja ketika saya menulis ini saya pun menangis hehe.

Pada tahun 2001 aku dimasukkan ke TK Dewi Sartika III oleh orang tuaku (sebenarnya di umur 4 tahun aku sudah bisa dimasukkan ke TK, tapi orang tuaku tidak menyekolahkanku di umur yang begitu muda, mereka ingin aku memuaskan masa bermainku dulu). Saya masih ingat guru TK saya yang bernama Bu Tjutju (saya lupa bagaimana nulisnya, maaf ya Bu, dulu masih kecil hehe...) dan Bu Enok (saya juga enggak tahu gimana nulisnya, hehhee). Cita-citaku sejak TK adalah seorang pilot (saya juga enggak tahu kenapa pingin jadi pilot, ya pokoknya pingin aja hahaha).

Pada tahun 2002 aku dimasukkan ke SD Janggala yang kemudian berganti nama menjadi SD Negeri 9 Ciamis dan sekarang bergabung dengan SD Negeri 3 Ciamis (namanya jadi SD Negeri 3 Ciamis). Sejak SD aku selalu menjadi juara kelas 3 besar. Awalnya aku sangat menyukai pelajaran IPA, tetapi ketika aku kelas V, aku menjadi lebih menyukai pelajaran Matematika, yang kemudian akhirnya mengawali kehidupanku dalam bergelut pada Olimpiade Matematika. Aku mengikuti Olimpiade Matematika pertamaku di SD, ketika itu aku juara 1 tingkat Kecamatan (juara 2-nya Ghifari Sya'bani), tetapi juara 4 di tingkat Kabupaten (Juara 1-nya Mochamad Rizki Firmansyah, juara 2-nya Ghifari Sya'bani, dan juara 3-nya Ambar Kholida Zahra).

Lucu sekali, aku dikalahkan oleh sang runner up, Ghifari Sya'bani di tingkat Kabupaten, mungkin karena waktu itu memang aku belum maksimal dalam belajar matematika. Sehingga aku pun sudah merencanakan untuk adikku, Aini, supaya dia bisa lebih maksimal lagi dalam mengikuti Olimpiade Matematika (minimal sampai tingkat Nasional, lah... haha).

Ketika SD kelas V cita-citaku yang awalnya pilot berubah menjadi seorang guru (lucu juga ya). Aku bersaing dengan orang yang bernama Putri Arianeu dalam pemilihan Siswa SD berprestasi. Aku mewakili SD Negeri 9 Ciamis dalam lomba Siswa SD Berprestasi ini, tapi sayangnya aku kalah di seleksi awal (waktu itu nilaiku 60, nilai minimal untuk masuk ke babak selanjutnya kalau tidak salah itu 62,5). Yang jadi juara Siswa SD Berprestasi waktu itu adalah Fridia Nur Sofiarani. Waktu kelas VI sainganku bertambah dengan datangnya Ida Bagus Aditya Bhaskara. Aku dan teman-teman SD-ku pun mengikuti lomba EXPO SMP Negeri 1 Ciamis, aku berhasil menjadi juara 1 Lomba Matematika dan Ida Bagus Aditya Bhaskara menjadi juara 1 Lomba IPA.

Aku lulus SD tahun 2008, saat itu aku menjadi pengantin di SDku karena nilai Ujian Nasionalku tertinggi di SD-ku (9,47). Awalnya aku mau dimasukkan ke SMP Negeri 2 Ciamis, karena saat itu (tahun 2007) sudah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), kebetulan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Ciamis itu teman SMA ayahku. Tetapi karena SMP Negeri 2 Ciamis terlalu jauh, akhirnya aku pun mendaftar ke SMP Negeri 1 Ciamis saja. Ternyata pada tahun berikutnya (2008) SMP Negeri 1 Ciamis sudah RSBI juga (ya sudah kebetulan sekali, sudah dekat, sudah RSBI pula, hehe...).

Aku tes masuk RSBI SMP Negeri 1 Ciamis, dan diterima (kalau enggak salah juara 5 waktu itu, nilai tertingginya itu Ida Bagus Aditya Bhaskara, Fridia Nur Sofiarani, Putri Arianeu, Ambar Kholida Zahra, baru aku, sorry kalau salah udah lupa soalnya). Aku sampai menangis di depan Pak Guru SDku (waktu itu Pak Bini hehehe).

Kebetulan sekali nama-nama yang aku sebutkan di atas itu semua ada di SMP Negeri 1 Ciamis semua, dan RSBI semua pula hahaha.

Furqon Aji Yudhistira VII A
Ghifari Sya'bani VII A
Ida Bagus Aditya Bhaskara VII A, sering dipanggil IB
Mochamad Rizki Firmansyah VII A (dia pindah dari pesantren kalau enggak salah, masuk VII A ketika 2 bulan setelah kegiatan belajar SMP Negeri 1 Ciamis berlangsung)
Putri Arianeu VII B
Fridia Nur Sofiarani VII C
Ambar Kholida Zahra VII C

Sejak SMP kelas VII, Aku, Putri, Ambar, IB, dilatih oleh Pak Sudarman, guru Matematika SMP Negeri 1 Ciamis khusus untuk lomba Matematika. Kami sering mengikuti lomba matematika ditemani oleh Pak Sudarman. Lomba Matematika pertama yang aku menangkan adalah juara 1 Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) Matematika ketika aku kelas VII. Aku, Putri, Ambar mengikuti OSK tersebut, dan IB mengikuti OSK untuk bidang Fisika. Tetapi akhirnya IB pun pindah sekolah ke Cimahi, dan kami pun tinggal bertiga. Sayangnya ketika aku kelas VIII, satu sekolah hanya boleh mengirimkan satu perwakilan untuk tiap pelajaran saja. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Putri pun dibanting setir ke bidang Fisika, dan Ambar dibanting setir lagi ke bidang IPS (yang kasihan Ambar materi IPS kan banyak sekali, sedangkan basic-nya Ambar kan Matematika). Sedangkan Fridia sejak kelas VII sudah mendalami ilmu Biologi, Ghifari yang sebenarnya dipersiapkan untuk Fisika digantikan oleh Putri, dan Rizky saat SMP-nya tidak memfokuskan dirinya untuk mengikuti Olimpiade.

Aku mempunyai teman baik ketika di SMP, dia bernama Hutomo Yudo Nur Prasojo. Pikirannya selalu sejalan denganku, dia teman terbaikku selama ini. Kasarnya, aku bersama dengannya sejak SMP, dari ketika kami bodoh hingga kami mengerti kehidupan, hingga tulisan ini dibuat kami masih berteman baik, dan saling kontak ketika ada informasi-informasi penting.

Ketika aku kelas VIII, ada pemilihan Siswa SMP Berprestasi. Setiap kelas diseleksi untuk mengirimkan kandidat terbaiknya, dan setiap kandidat diseleksi kembali dengan kandidat lainnya hingga tinggal tersisa Aku, Putri, dan Fridia. Akhirnya Putri yang menjadi perwakilan SMP Negeri 1 Ciamis dalam lomba Siswa SMP Berprestasi (padahal dulu SD aku yang ngalahin dia hehehe, tapi setidaknya dia juara 1, hehehe, sedangkan waktu SD aku seleksi pertama saja tidak masuk -_-)

Menurutku, prestasiku yang paling membuatku bangga adalah ketika aku berhasil meraih Medali Perunggu di RSBI Science Camp 2011 di Surabaya. Aku tidak pernah sama sekali tembus menjadi peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN). Bahkan menurutku, aku mendapatkan Medali Perunggu di RSBI Science Camp pun belum menunjukan bahwa aku telah bekerja maksimal. Jujur saja, aku adalah pencontek handal ketika SMP (maafkan aku guru SMP-ku, huhuhuhu....). Aku selalu mencontek dalam ulangan, walaupun sebenarnya tanpa mencontek pun, aku mampu. Aku adalah orang yang pemalas (dan aku menyesali itu). Aku tidak maksimal dalam belajar menghadapi OSN, sehingga aku tidak tembus ke tingkat Nasional, seandainya aku lebih rajin dan maksimal dalam menghadapi Olimpiade ini, mungkin aku bisa mendapatkan medali untuk SMPku. Oleh karena itu, aku tidak ingin kejadian ini terulang oleh adikku, Aini. Aku ingin dia mengharumkan nama Ciamis dengan prestasinya. Aku akan mengarahkannya dari sekarang untuk mempunyai semangat berkompetisi.

Selama SMP aku mengikuti Ekstrakurikuler Kesenian dan menjadi Wakil Ketua I SMP Negeri 1 Ciamis (tapi jujur saja aku tidak begitu bertanggung jawab ketika menjadi Wakil Ketua I SMP Negeri 1 Ciamis hehehe). Cita-citaku pun berubah lagi, yang tadinya ingin jadi guru, ingin menjadi Insinyur (sudah mulai terarah nih).Ceritanya seperti ini,

M : De, nanti mau kuliah di mana?
A : Enggak tahu mah, ga mikirin muliah.
M : Minat kedokteran atau enggak?
A : Gatau Mah, gimana nanti.
(Terus aku pun tanya-tanya sama teman-teman seangkatan cita-cita mereka apa, akhirnya daapt informasi bahwa Ambar, Putri, dan Rizki ingin masuk kedokteran. Akhirnya muncul prinsip, lah sudah banyak yang di kedokteran, aku harus beda dong, masa kedokteran semua)

Besoknya ngobrol sama mama lagi.
A : Ma, jurusan selain kedokteran apa lagi sih?
M : Coba kalau teknik?
A : Teknik paling susah apa?
M : Katanya sih Elektro.
A : Nah itu, Aji pingin masuk Teknik Elektro aja.
(Dan sejak saat itu aku pun berprinsip aku harus masuk Teknik Elektro, di pikiranku saat itu cuma ada UGM, soalnya keluargaku ada di daerah Semarang, dan nama universitas terbaik yang paling dekat ke daerah Jawa Tengah kan UGM, tapi karena aku berada di daerah Jawa Barat, orang-orang sini lebih kenal sama nama ITB sehingga doktrin masuk situ kuat sekali, sehingga akhirnya cita-citaku yang pertama adalah masuk Elektro ITB)

Akhirnya aku pun lulus SMP dengan predikat Siswa Berprestasi (tapi jujur, kebiasaan nyontekku masih kuat, bahkan UN pun aku masih nyontek coba), aku berhasil mengukir prestasi sebanyak 28 prestasi (kalau tidak salah) dari Bahasa Inggris dan Matematika (aku tidak jadi pengantin, soalnya yang jadi pengantin itu harus Ketua OSIS dan siswa berprestasi, karena Ketua OSISnya, Alfi Aldriyan, berjenis kelamin laki-laki, maka siswa berprestasinya harus perempuan, maka yang menjadi penganti perempuannya adalah Putri hehe...)

Ketika aku lulus SMP, aku diterima seleksi PASIAD dan mendapatkan beasiswa penuh di Yayasan PASIAD. Aku juga diterima SMA Negeri 1 Ciamis (waktu itu ikut lomba yang hadiahnya tiket tanpa tes di SMA Negeri 1 Ciamis). Kemudian (kata orang tua dan budeku sih ya), aku juga diterima di SMA Negeri 3 Semarang, karena aku sering mengikuti Olimpiade Matematika. Ada rencana juga untuk daftar ke SMA Negeri 1 Tasikmalaya, SMA Negeri 2 Tasikmalaya, dan SMA Negeri 3 Bandung.

Jadi, aku diberikan dilema pilihan : SMA Negeri 1 Ciamis, SMA Negeri 1 Tasikmalaya, SMA Negeri 2 Tasikmalaya, SMA Negeri 3 Semarang, SMA Negeri 3 Bandung, SMA Pribadi Bandung, SMA Semesta Semarang. Kenapa aku berminat ke Semarang? Karena aku mempunyai banyak saudara di Semarang, ibuku juga asal Semarang, ayahku juga dulu kuliah di Semarang. Tapi karena saat itu psikisku belum matang, dan ayahku belum berani untuk melepasku hidup sendirian (jujur saja, aku masih belum mandiri saat itu hehehe, yah masih manja lah...), akhirnya dengan berbagai pertimbangan, aku memilih SMA Negeri 1 Ciamis.

Di SMA aku masuk di kelas X-B, cita-citaku masuk Elektro pun berpindah, aku ingin menjadi Mandor Pertambangan (mungkin maksudnya Insinyur Pertambangan kali, ya hahahah), Hal ini karena doktrin dari orang luar juga, karena gaji orang pertambangan sangat besar.

Aku masih berkutit di bidang Matematika seperti aku SMP, kali ini aku dibina oleh Pak Nadio. Tetapi karena ketika SMP aku sudah terbiasa menyontek, dan menyontek itu merupakan jiwa pemalas, aku sama sekali tidak serius mengikuti pembinaan Matematika. Aku mulai serius mengikutinya itu ketika aku menginjak kelas XI. Di awal-awal SMA, aku tidak lagi menjadi juara seperti saat aku SD dan SMP dulu, aku malah lebih memfokuskan ke organisasi. Aku mengikuti ekstrakurikuler Sanggar Seni Nuansa, OSIS, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan Pramuka. Aku mulai mengerti bagaimana berorganisasi yang baik adalah ketika aku menjadi anggota OSIS di sini.

Ketika kelas XI, aku menjadi Ketua Presidium KIR dan Kerani I di Pramuka (setara wakil ketua dan sekretaris). Aku semakin mengerti cara berorganisasi ketika aku berada di kelas XI. Kelas XI memang benar-benar memberiku bekal soft skill yang sangat kuat. Ketika itu aku baru saja menyelesaikan acara terbesar SMA Negeri 1 Ciamis, yaitu Hiking Rally Ciradyka (aku menjadi sekretarisnya dan memberikan banyak inovasi baru dalam persiapan administrasi), dan 2 hari kemudian aku dipanggil untuk mewakili SMA Negeri 1 Ciamis dalam Siswa Berprestasi SMA. Aku sangat takut untuk tidak bisa memberikan hal terbaik pada SMA-ku (berhubung aku memang pemalas dan tukang nyontek), tapi aku diberi amanat untuk mewakili SMA-ku. Akhirnya aku pun mengambil amanat tersebut, meskipun baru saja selesai acara selesai dan harus menyelesaikan rekap Hiking Rally Ciradyka tersebut.

Lomba Siswa Berprestasi ini aku persiapkan hanya dalam waktu 3 hari, dengan hasta karya Line Follower (sepertinya memang harus berkutat dalam Elektro)
Aku pun mengikuti seleksi tulis seperti ketika aku SD dulu, Alhamdulillah aku mendapatkan juara 1 di seleksi awal. Aku pun mempersiapkan untuk mengikuti tes Wawancara Kepemimpinan, Bahasa Inggris, dan Seni. Karena aku sudah terbiasa dalam berorganisasi Wawancara Kepemimpinan bisa aku lalui dengan lancar, Wawancara Bahasa Inggris aku lalui dengan lancar juga, dan untuk Seni, Alhamdulillah, meskipun suaraku fals ketika kelas VII dan VIII, tapi aku sudah mulai mengenal nada ketika kelas IX, sehingga aku pun menampilkan diriku bernyanyi. Kemudian aku pun sudah pernah berlatih beatbox ketika kelas IX, sehingga ujian Seni ini pun aku lalui dengan mudah.

Akhirnya dari ketiga nilai tersebut aku tetap menduduki nilai tertinggi, dan Alhamdulillah aku juara 1 untuk lomba Siswa Berprestasi SMA (Juara 2-nya Rendi Ahmad Rustandi). Mulai saat itu aku mulai kenal dengan sainganku di SMA Negeri 2 Ciamis, yaitu Rendi Ahmad Rustandi.

Ketika kelas XII aku sudah mulai melakukan rencana aku harus melanjutkan ke perguruan tinggi mana. Dari awal aku sudah membuat rencana aku menargetkan UGM, ITB, UI. Semenjak kelas X aku selalu percaya diri ketika ditanya oleh guru-guruku apa cita-citaku, beberapa temanku banyak yang menjawab "masih bingung", tetapi aku selalu menjawab (entah itu Pilot, Guru, Insinyur, atau pa saja) pertanyaan mereka meskipun jawabannya selalu berubah.

Aku melihat keadaan SMA-ku, SMA-ku mempunyai kuota lebih banyak ITB dibandingkan ke UGM dan UI. Setiap tahun selalu ada yang diterima di ITB, akhirnya aku pun mencari informasi, aku awalnya ingin ke FTTM ITB, karena memang cita-citaku saat itu adalah pertambangan, tetapi juara paralel di SMAku yang namanya Naufal Bayu Prasetyo, dia ingin mendaftar ke FTTM juga, akhirnya untuk mencari aman aku pun mencari jurusan di ITB apa yang keren, tapi tidak terlalu sulit untuk dimasuki. Aku pun menargetkan untuk masuk ke FTMD ITB. Kemudian aku pun berkonsultasi dengan Ade Apip Zakaria, FTTM ITB 2009, mengenai fakultas di ITB, dia pun menceritakan kalau Teknik Elektro selalu menang dalam Olimpiade (ya semacam PORSENI atau Class Meeting di ITB), akhirnya aku pun ingin daftar ke STEI ITB. Tetapi karena Rendi juga ingin daftar STEI, aku pun menghubunginya karena aku tidak mau saling membunuh antar teman (karena kuota kabupatenku sangat sedikit, hanya 1 orang untuk STEI FTI FTTM se-Kabupaten). Akhirnya Rendi pun menentukan pilihannya, yaitu mendaftar FTTM. Aku pun terlibat dialog dengannya seperti ini

A : Ren aku jadinya ke STEI, kamu mau gimana? Naufal ke FTTM akhirnya.
R : wah Ji, kalau gitu aku mikir dulu deh ya..
(setelah berpikir lama...)
A : Jadi gimana ren?
R : Ji, aku pilih FTTM aja deh
A : Loh kenapa FTTM? Naufal itu nilainya di atasku loh, dia paralel 1 di sini.
R : Enggak apa-apa, Ji. Aku lebih berani bersaing sama dia daripada sama kamu.
A : Loh kenapa?
R : Aku ga berani soalnya kamu banyak menang kejuaraan lomba gitu.
A : Oh, iya makasih, Ren. Semoga kita diterima ya.

Akhirnya kesimpulan pun tiba
Naufal memilih FTTM (yaaa dia sempat ingin memilih Pendidikan Dokter Unpad juga sih, tapi ujung-ujungnya membingungkan orang, kalau saya sih sudah dari awal pasang STEI, biar orang-orang tahu duluan saya daftar STEI, dan saya tidak membingungkan mereka).
Rendi FTTM
Aku STEI.

Kemudian terdengar cerita bahwa kakak kelasku ada yang diterima undangan di Sekolah Farmasi (SF) ITB tapi tidak diambil (sejak kejadian ini, entah kenapa aku selalu berprinsip bahwa aku tidak boleh merugikan sekolah). Aku pun jadi bingung, bagaimana kalau misal sekolahku ini di-blacklist dari ITB, percuma sekali aku daftar ke sana tapi tidak mungkin diterima. Aku pun mulai beralih ke pilihanku yang awal sekali, yaitu Teknik Elektro UGM. Tetapi setelah diberikan kejelasan dari sekolah, ternyata hanya SF ITB saja yang di-blacklist selama 3 tahun. Akhirnya aku pun tetap memilih STEI ITB sebagai pilihan pertama. Pilihan kedua aku pilih FTMD (sebenarnya kalau yang juaran Olimpiade di ITBnya itu FTMD bukan Teknik Elektro, aku pasti langsung tembak ke FTMD hahaha...), nah karena pilihan ketiga tidak mau aku kosongkan, aku pun memilih cita-citaku sejak awal, aku tuliskan Teknik Elektro UGM. Ini memang bunuh diri, tapi karena cita-citaku itu sejak awal adalah masuk UGM UI ITB. Jadi aku hanya akan menempatkan ketiga universitas itu di pilihanku. Karena sudah prinsip bagiku jika aku diterima di salah pilihan tersebut pun aku akan serius kuliah di sana.

Akhirnya pengumuman SNMPTN pun tiba, aku tidak diterima. Aku langsung menghubungi Rendi apakah dia diterima atau tidak, ternyata internetnya dia kacau. Akhirnya dia pun menyuruhku untuk membuka hasilnya. Dia diterima FTTM, padahal piagam yang aku sertakan dengan Rendi sama (Juara 1 Siswa Berprestasi, dia Juara 2, Sertifikat OSP, cuma dia nyertain piagam organisasi, aku nyertain piagam ketika aku OSP kelas X, nilai UN pun sama-sama kepala 8, aku lebih tinggi darinya nol koma sekian). Akhirnya aku berkata ke orang tuaku, dialognya seperti ini :

A : Ma ga keterima
M : Euleeeeuh (Bahasa Sunda)
A : Pa ga keterima
P : Jangan takut! Tes tulis!

Akhirnya aku pun mempersiapkan untuk SBMPTN yang akan diadakan bulan depan. Aku yang tukang menyontek dan pemalas menjadi super duper rajin. Tapi rajin itu hanya terjadi sesaat. Sekitar satu minggu aku masih on fire untuk SBMPTN, selanjutnya aku menjadi pemalas lagi, tapi aku tetap kepada jiwa asliku, yaitu percaya diri. Aku pun mempersiapkan diri untuk mengikuti tes tulis di berbagai perguruan tinggi negeri, inilah pilihanku :

SBMPTN
1. STEI - ITB
2. FTMD - ITB
3. Teknik Mesin Undip
Aku memilih Teknik Mesin karena memang pada awalnya aku ingin ke teknik mesin, aku memilih Undip karena berada di daerah Semarang.

Tadinya aku tidak akan mengikuti SIMAK UI dan UM UGM, karena takut biaya yang dikeluarkan sangat-sangat mahal. Tetapi setelah aku mengikuti perkembangan, ternyata masuk jalur mandiri sekarang tidak mempengaruhi besarnya uang kuliah, yang mempengaruhi besarnya uang kuliah adalah penghasilan orang tua karena sistem pembayarannya sekarang adalah sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Akhirnya aku pun berniat untuk mendaftar SIMAK UI dan UM UGM. Tetapi karena waktunya bersamaan, aku pun memilih UM UGM karena :

1. Aku dilarang orang tuaku untuk kuliah di UI, karena biaya hidupnya mahal, kemudian orangtuaku sudah berpikir masalah susah pergi ke daerah JABODETABEK, jika ada masalah, orang tuaku sudah malas sekali untuk pergi ke UI.
2. Cita-citaku sejak dulu, kalau aku tidak di UGM ya ITB.

Aku tidak memilih Teknik Elektro UGM di SBMPTN karena gradenya setara FTMD ITB (Cuma dari passing grade GO sih). Selain itu aku memang akan mengikuti UM UGM, sehingga aku akan daftar ke Teknik Elektro lewat jalur UM, sehingga peluangku untuk diterima di SBMPTN lebih besar karena aku memilih Teknik Mesin Undip.

Ketika akan mendaftar UM UGM, aku disarankan untuk mengambil Pendidikan Dokter saja oleh guruku. Aku pun sedikit tertarik untuk mengambil Pendidikan Dokter, tetapi orang tuaku melarangku, dan mengatakan bahwa aku seharusnya masuk ke teknik saja. Aku menuruti mereka, aku memilih Teknik Elektro dan Teknik Mesin sesuai pilihan awal, tapi aku bingung dengan pilihan ketiganya, tadinya aku ingin memilih Ilmu Komputer, tetapi di buku SMS Ganesha Operation, gradenya lebih tinggi daripada Teknik Elektro. Selain itu, Ayahku juga seperti yang tidak ingin aku masuk Ilmu Komputer, ayahku benar-benar ingin aku masuk ke Teknik, kalau ga Elektro ya Mesin. Akhirnya aku memilih Teknologi Informasi sebagai pilihan ketiga (karena di buku GO, passing gradenya di bawah Teknik Mesin, padahal kenyataannya temanku ada yang pilihan pertamanya Teknologi Informasi, pilihan kedua Teknik Elektro, diterimanya pilihan kedua hahahaha aku bunuh diri sebenarnya, gara-gara tidak tahu)

Aku juga ikut mendaftar Politeknik Bandung (Polban) dengan jurusan DIII Teknik Elektro dan DIII Teknik Mesin dan STAN dengan pilihan pertama DIII Kepabeaan dan Cukai (untuk STAN, aku memang asal-asalan memilih jurusannya hahaha, yang penting pilihan pertama Bea Cukai). Aku juga sudah merencanakan akan mengikuti UM Undip (Cuma ga jadi).

Hingga finalnya aku pun akan mengikuti tes-tes berikut :

SBMPTN
STEI - ITB
FTMD - ITB
Teknik Mesin Undip

UM UGM
Teknik Elektro
Teknik Mesin
Teknologi Informasi

Polban
DIII Teknik Elektro
DIII Teknik Mesin

STAN
DIII Kepabeaan dan Cukai
(lupa)

Waktu SBMPTN dimulai, aku mengambil lokasi tes di Bandung. Tidak ada yang spesial dengan tesnya, hanya saja aku merasa aneh ketika hari itu mengerjakan soal. Saat itu adalah tes pertama, sehingga perasaanku masih sangat tegang dan takut jika aku tidak diterima. Meskipun aku suka mencontek dan pemalas ketika SMA, aku sering mengikuti Try Out SBMPTN dan STAN, dan hasilku selalu bagus (nyesel aku dulu nyontek -_-, padahal kalau aku belajar bener juga bisa huhuhuhuh).

Pertama aku mengikuti TONAMPTN ITB. Hasilnya tidak begitu buruk, tetapi aku yakin aku bisa lebih baik mengerjakannya. Jadi ceritanya ada salah persepsi antara aku dan pengawas. Ketika itu diberikan soal satu paket TPA dan TKDU, kemudian teman sebelahku bertanya kepada pengawasnya

R : Ini yang dikerjakan TPAnya saja?
P : Iya.

Sehingga kami sekelas tidak mengerjakan TKDU, hanya TPA saja, tetapi waktu itu aku curang. Aku segera menyelesaikan TPA 15 menit sebelum waktu selesai, dan 15 menit itu aku gunakan untuk menjawab TKDU (harusnya kan ga boleh ngerjain soal dulu kalau belum disuruh, tai aku mencuri start), ternyata ketika aku membuka TKDU, ada pengumuman ralat soal untuk Bahasa Indonesia, (loh kok bisa ada ralat Bahasa Indonesia? Orang kita lagi ngerjain TPA gitu -_-) kami sekelas pun bingung. Kami langsung membuka halaman pertama soal, di situ tertulis waktu 90 menit untuk mengerjakan TPA dan TKDU (Jadi kami dan pengawas salah persepi hehe, maksud pengawas mungkin yang dikerjain paket soal yang ini aja enggak sama SAINTEKnya, lah kami kira TPAnya aja). Akhirnya dengan sisa waktu 15 menit itu kami semua mengerjakan TKDU hahahaha.... untuk SAINTEK seperti biasa sulitnya.

Aku mendapatkan Juara ke-5 waktu itu, Juara 1-nya dari Banjar, Juara 2-nya Fridia, Juara 3-nya Amalia (satu kelas di SMA, bareng Ambar), Juara 4-nya lupa. Waktu itu Matematika Dasarku nilainya paling tinggi hahaha, aku isi 4 betul semua. Fridia sampai bilang, "Kamu bahasa enggak diisi aja bisa ke-5, Ji"

Try Out SIMAK UI aku juara ke-2 Se-Priangan Timur kalah tidak salah. Tetapi aku dinobatkan juara pertama karena juara pertamanya menuliskan namanya "You Know Who" (Aneh banget sumpah hahahah...) Akhirnya karena juara pertama tidak sah, gelar juara pertama diberikan kepadaku.

Try Out Unsoed dan Undip waktu itu bersamaan, aku memilih Try Out Unsoed. Aku juara pertama dimuat di koran, sampai ibuku sengaja beli korannya karena ingin lihat anaknya ditulis di koran.

Try Out STAN aku juara ke-8 Se-Nasional.

Try Out Ganesha Operation selalu di atas 50%, meskipun belum pernah tembus 60, tetapi aku selalu stabil di angka 52-57%.

Meskipun hasil TO-ku selalu memuaskan, tetapi aura SBMPTN itu sangat berbeda, senjata andalanku Matematika tidak aku kerjakan maksimal.
Meskipun Matematika Dasarku betul 14 salah 1 dari 15 soal. Aku hanya mendapatkan nilai 46% untuk SBMPTNku (setelah mencocokan kunci jawaban di internet, bayangin waktu TO 56, waktu SBMPTN jadi 46 -_-).

Karena nilainya jelek, akhirnya aku pun pasrah dan melupakan SBMPTN sama sekali, dan aku pun mempersiapan diri untuk mengikuti USM STAN di Bandung. Ada cerita di balik USM STAN ini, jadi aku dan Ayahku sudah siap berangkat pukul 6 pagi, ketika di jalan kami mau membeli minum terlebih dahulu. (Otomatis kalau beli minum, mobilnya parkir, kan? Nah, kalau parkir pasti mesinnya dimatikan, hahaha). Ternyata ketika kami akan berangkat, mobil Ayahku tidak bisa dinyalakan. Setelah 30 menit dicek, tetap tidak bisa nyala, akhirnya Ayahku pun menghubungi bengkel langganannya di Tasikmalaya (waktu perjalanan dari bengkelnya ke tempat kami mogok itu lebih dari 30 menit, berarti kami sudah kehabisan waktu 1 jam). Ternyata ada hal lain lagi di jalan, ketika montir langganan Ayahku berangkat, bus yang ditumpanginya terjebak macet karena ada kampanye PDIP, akhirnya jam 11 siang montirnya baru datang (baru datang lo, bukan  selesai service hahaha). Aku sudah pasrah dalam hati, "Jika aku memang tidak ditakdirkan untuk berangkat dan tes, ya sudah, jika aku tidak diterima di perguruan tinggi mana pun tahun ini, aku siap untuk mengulang tahun depan". Selama menunggu itu, aku menghabiskan waktuku untuk tidur di dalam mobil.

Setelah berjam-jam mengurusi mobil, akhirnya mobil bisa dinyalakan tetapi kami ragu untuk menggunakan mobil, sehingga kami memutuskan untuk menggunakan bus saja. Aku dan Ayahku menggunakan bus untuk pergi ke Agen Budiman di Tasikmalaya. Masalah tidak berhenti sampai di sini, ternyata saat itu Agen Budiman yang berangkat ke tujuan Bandung (tesnya di ITENAS) terlambat. Kami baru berangkat sekitar Ashar, (Wah, besoknya mau tes berangkatnya baru Ashar, hehehe. Tapi ya sudahlah aku pasrah! Mau gimana lagi). Akhirnya aku berafngkat menggunakan bus pengganti yang dipakai untuk pariwisata (kebayang ga bus biasa itu tempat duduknya 2-2, sedangkan pariwisata itu 2-3, sumpek banget seriusan di bus -_-). Kami pun berangkat dengan perbedaan jadwal yang sangat jauh dari perkiraan. Singkat cerita kami sampai di Bandung, dan langsung menyewa hotel di situ, seingatku waktu itu adalah hari pertama Ramadhan tahun 2014. Besoknya aku berangkat tes dan hasilnya lancar (dipaksa lancar hahaha Bahasa Inggris-nya susah meeeen), aku mengerjakan semua soal (ga tau bener ga tau salah hahaha) kecuali Bahasa Indonesia aku kosongkan sama sekali.

Kemudian aku mengikuti UM UGM di Yogyakarta (Jogja). Nah, tes ini adalah tes yang paling spesial yang aku ikuti. Aku menginap di rumah nenek Yudo di Prambanan. Perjuangan masuk perguruan tinggi benar-benar terasa di sini. Pertama kali aku masuk ke UGM, auranya LUAR BIASA. Sungguh nyaman jika aku berada di kampus ini. Jujur saja, ketika pertama kali aku ke ITB (saya pernah ke masuk ke ITB, duduk di depan perpustakannya) auranya biasa aja. Tetapi ketika pertama kali ke UGM, aku sampai berulang kali berkata "Ini UGM? Enak Banget!".

Hari pertama aku tiba di Jogja aku istirahat di rumah nenek Yudo. Hari kedua aku pergi ke UGM untuk mencari tau lokasi tesku, waktu itu aku mendapatkan tempat tes di Jurusan Hukum. Hari ketiga aku kembali mencari lokasi tempat duduk, apakah namaku sudah terdaftar atau belum, dan Alhamdulillah ternyata namaku ada. Ketika pulang di hari ketiga, hujan turun, sehingga aku dan Yudo harus berbasah kuyup untuk kembali ke Prambanan. Baju, tas, sepatu, dan semua perlengkapanku basah kuyup, padahal besok aku mau tes. Akhirnya aku meminjam peralatan kakaknya Yudo untuk tes, hehehe.

Esoknya, tes aku lalui dengan maksimal dan percaya diri. Karena terbiasa Try Out SBMPTN yang waktunya sama sekali sedikit aku pun merasa tenang saat melaksanakan UM UGM. Soal yang diberikan lebih banyak tetapi dengan waktu yang lebih banyak pula dibandingkan SBMPTN. Aku mengerjakan 98% soal yang ada (ga tau bener ga tau salah hahaha) Bahkan saat TPA aku diberi waktu 1 jam untuk menyelesaikan soal, sedangkan aku menyelesaikannya dalam waktu 15 menit. Sisa 45 menitnya aku santai dan bahkan sampai tertidur (Ga bener-bener tidur sih, tapi yang pasti merem terus sambil nunggu waktu selesai). Tetapi bukan berarti aku tenang, dengan tipe soal seperti ini, tentu banyak sekali orang yang bisa mengerjakannya, maka sainganku juga lebih ketat untuk bisa lulus. Singkat cerita aku pun pulang ke Ciamis dan tiba saatnya aku menunggu pengumuman.

Aku menunggu satu bulan untuk pengumuman, aku sama sekali tidak mempersiapkan untuk UM Undip dan Polban. Aku tidak mendaftar UM Undip sebelum pengumuman SBMPTN keluar sedangkan aku sudah daftar Polban sejak awal, karena batas pendaftaran terakhirnya sebelum pengumuman SBMPTN.

15 Juli 2015, Ambar, Putri, dan Fridia kebetulan berada di Ciamis, kami pun buka bersama bernostalgia jaman SMP hehe. Saat kami sedang makan, ternyata pengumuman STAN dipercepat. Ketika aku makan, pukul 18.00 ada sms dari sepupuku Arin Perwitasari yang isinya "Aji diterima STAN". Putri, Ambar, dan Fridia pun menyelamati saat itu, aku kaget bercampur bingung soalnya pengumuman STAN itu di jadwal tanggal 17, ternyata malah dipercepat hehehe. Karena aku senang, dan penasaran dengan hasil, aku mengajak Putri, Ambar, Fridia ke rumahku untuk menggunakan internet haha, Aku harus mempersiapkan seleksi berikutnya wawancara dan kebugaran, sebelumnya aku memang sudah latihan untuk kebugaran aku sudah sering shuttle run dan menjaga kondisi fisik, kalau untuk persiapan wawancara aku sih pasrah aja yang penting biarkan mengalir aja lah).

Besoknya pengumuman SBMPTN tiba, sepertinya sudah ada feeling bahwa akan ada sesuatu terjadi. Tiba-tiba adikku, Aini Khrisna Aji Utami, berlari ke luar kamar ketika aku menunggu detik-detik SBMPTN, dan dia membentuk sisi tembok hingga menangis sekeras-kerasnya. 10 menit kemudian aku membuka hasilnya dan aku diterima SBMPTN. Pilihan ketiga, Teknik Mesin Undip. Aku merasa sedih, karena itu bukan targetku, apakah aku harus ke STAN saja? Apakah aku akan mengulang lagi tahun depan? Guru-guruku akhirnya menyarankanku untuk menunggu pengumuman UM UGM. Jika aku tidak diterima, maka fokus untuk ambil STAN saja.

Akhirnya aku pun menunggu besok, seperti biasa, website UGM down, mungkin karena terlalu banyak yang membuka (iyalah bayangkan satu Indonesia membuka website yang sama. Hari ini tidak ada keanehan apa-apa, semua orang berbahagia, adikku tidak menangis seperti kemarin, aku juga tidak terlalu memikirkan hasil dari UM UGM. Ketika dulu aku selalu berdoa, ya Allah, masukkanlah aku ke STEI ITB atau FTMD ITB selama 1 tahun, aku ubah doanya menjadi "ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk UGM" dan aku berdoa hanya dalam waktu 2 hari.

Ketika aku website pengumuman, mataku langsung tertuju kepada titik tengah layar yang bertuliskan "S1 Teknik Elektro" Saking bahagianya aku tidak bisa berkata-kata (seriusan, ini senengnya minta ampun, sampe ga bisa ngomong, agak alay sih, tapi emang seriusan aku juga bingung hahahaha), dan aku sampai menepuk ayahku, yang saat itu baru mau mandi (masih pake handuk hahahahah). Dia pun bertanya kenapa, (aku kira bapakku langsung nyadar lihat ke layar, ternyata malah bingung kenapa aku menepuk dia haha, nepuknya sumpah keras itu, apalagi ga gak pake baju, langsung kena kulit hahaha). Aku pun berkata "Itu lihat komputer". Sontak ayahku melihat hasil dari UM UGM itu, dan melihat aku diterima di S1 Teknik Elektro. Ayahku langsung mengucapkan hamdalah dan bersujud syukur di tempat.

Aku pun langsung menghubungi Fridia kalau aku diterima (sekedar info, Fridia sudah diterima duluan di Agronomi UGM, SD-nya sama, SMP-nya sama, SMA-nya sama, kuliahnya sama pula, dia lagi dia lagi). Kemudian berita pun tersebar, guruku Pak Sudarman sampai datang ke rumahku mengucapkan selamat (waktu itu ayahku masih menggunakan handuk saja, dan ayahku datang memeluk pak Sudarman, hahahahahahaha, akhirnya pak Sudarman dengan bapak saya berpelukan senang, karena saya diterima, tapi bapakku ga pake baju, cuma handuk, kebayang ga gimana anehnya hahahahah).

Akhirnya perjuangan sebenarnya dimulai mulai sekarang, aku pun dengan mantap masuk ke UGM karena pilihanku sendiri. Aku teringat ketika kecil aku ingin menjadi pilot, di masa depan semoga aku bisa membuatkan kendaraan pilot itu. Selamat datang di Universitas Terbaik Indonesia, Universitas Gadjah Mada!

Aku masuk ke UGM dengan mempunyai salah satu misi penting, yaitu aku harus bisa membuka peluang Ciamis untuk masuk ke UGM! Aku yang dulunya penyontek kini sudah bertekad untuk menjadi orang yang jujur (hingga saat ini saya tidak pernah menyontek lagi). Jika mereka bilang bahwa UGM terlalu low profile, aku akan menjadi anak UGM yang percaya diri akan mengatakan bahwa UGM itu Universitas Terbaik. Jika mereka bilang aku sombong, akan kukatakan bahwa itu adalah bentuk kepercayaan diri. Jika mereka berkata bahwa mimpiku terlalu besar, artinya mereka tidak cukup besar untuk bermimpi sepertiku. Tapi aku tetap sadar, bahwa aku hanyalah makhluk. Aku juga sadar bahwa masuk UGM hanya merupakan langkah awal menuju impian yang sebenarnya. Aku tetap berprinsip, aku akan selalu mencintai Indonesia. Meskipun jika nanti aku belum diberikan tempat untuk berkarya di negeri ini, minimal aku akan memberi untuk orang-orang terdekatku di Indonesia.

Note :
Teman-temanku yang aku sebutkan sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi juga.
Ghifari Sya'bani - Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Mochamad Rizki Firmansyah - Pendidikan Dokter Universitas Jenderal Soedirman
Ambar Kholida Zahra - Pendidikan Dokter Universitas Jenderal Soedirman
Putri Arianeu - Pendidikan Dokter Universitas Padjadjaran
Fridia Nur Sofiarani - Agronomi Universitas Gadjah Mada
Ida Bagus Aditya Bhaskara - Pendidikan Dokter Universitas Udayana
Hutomo Yudo Nur Prasojo - Teknik Industri Universitas Islam Indonesia
Alfi Aldriyan - Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung
Rendi Ahmad Rustandi - Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan



Salam Kerakyatan

2 komentar:

  1. Halo mas, boleh dong kalau di TETi sapa saya, dilihat pernah dapat tawaran di Sma Semesta :3, saya alumni sana wkwk. salam kenal mas

    BalasHapus
  2. ditunggu versi masuk ITBnya Ji. wkwkwk. aku lagi selow makanya ngomen2

    BalasHapus